Senin, 22 September 2014

SERUAN ALQURAN UNTUK MENGGUNAKAN AKAL

SERUAN ALQURAN UNTUK MENGGUNAKAN AKAL

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Ketika para malaikat keberatan dengan rencana Tuhan untuk menciptakan manusia, hal pertama yang Tuhan lakukan untuk memperlihatkan kelemahan mereka adalah menunjukkan kecerdasan manusia. Pada intinya, Alquran menyatakan bahwa kelebihan manusia ini lebih dihargai Tuhan daripada kekebalan malaikat terhadap dosa. Dengan demikian,semenjak awal sekali Alquran telah menjelaskan bahwa Tuhan tidak pernah berharap dan tidak ingin manusia menjadi malaikat. Dengan segenap kekurangan,kompleksitas dan kontradiksinya manusia mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih mulia daripada malaikat, dan di sini akal manusia memainkan peran kunci.Kemuliaan manusia yang dilambari akal dalam pengembaraan spiritualnya sungguh menawan perhatianku. Aku selalu percaya bahwa akal hanya akan merongrong iman,tetapi alquran menyatakan bahwa iman akan ambruk justru ketika akal diabaikan atau dipakai secara tidak tepat.

Kalimat-kalimat Alquran yang rasional dan kerap kali mendidik merupakan salah satu cirinya yang paling menonjol. Salah satu tema pokoknya adalah bahwa orang-orang mengingkari atau mendustakan ayat-ayat Allah dan merusak agama karena mereka tidak mempergunakan akal. “Mereka tidak mengerti” dan “Mereka benar-benar kaum yang tidak mau menggunakan akal”, demikian Alquran menanggapi para pencelanya. “Tidakkah kamu berpikir?” Tanya Alquran kepada mereka. Allah menurunkan tanda-tanda,pelajaran-pelajaran dan ketentuan-ketentuan “agar kamu memahaminya”.

Menurut Alquran, akal dan iman adalah satu kubu, sebagaimana logika dan kepercayaan yang salah, dan kitab ini menjelaskan perbedaan yang nyata di antara keduanya : “sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan yang salah”. Orang-orang yang paling beruntung menurut Alquran adalah “mereka yang berakal”, “orang-orang yang mendalam ilmunya”, ”mereka yang berpikir” dan“mereka yang mengakui bukti-bukti yang terang”. Orang-orang yang mendustakan Alquran itu “teperdaya”,“berada dalam kesesatan yang nyata”, “jahil”, “bodoh”, dan “hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”.

Dengan gaya yang nyaris socratik, Alquran berkali-kali menguji pembacanya dan mempertanyakan anggapan-anggapan mereka. Alquran senantiasa bertanya. “Terangkanlah kepadaku..?”. “Apakah kamu memperhatikan..?”. “Apakah kamu mengira..” “Apakah mereka tidak memperhatikan..?”. “Apakah mereka (orang-orang kafir dan seterusnya) menyangka…?”. Pesannya cukup jelas untuk mempunyai iman yang sebenar-benarnya,kita harus membebaskan diri dari tradisi dan memeriksa kepercayaan-kepercayaan kita secara rasional.

Pengetahuan mempunyai peranan pokok dalam perkembangan spiritual manusia. “Bacalah” Alquran menyeru pembacanya, sebab “Tuhan mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam” dan“mengajarkan kepada mereka apa yang tidak mereka ketahui”. Dalam kehidupan,alam semesta, sejarah, dan juga Alquran terdapat “tanda-tanda” dan “pelajaran”bagi mereka yang berakal. Alquran menyatakan lebih dari seratus kali bahwa kitab ini diturunkan untuk “menjelaskan (atau menerangkan) segala sesuatu”.Tuhan mengajar manusia secara langsung dan tidak langsung, serta kadang-kadang secara demikian halus sampai-sampai kita tidak menyadarinya. Dan, Dia pun menguji kita dengan berbagai macam cara.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (Q.S 21 :35).

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. (Q.S 2 : 155).

Jika kehidupan di dunia dipandang sebagai wadah pendidikan bagi manusia, tidaklah mengherankan bahwa hari kiamat, seperti digambarkan dalam Alquran, penuh dengan ragam hasil perbuatan manusia. Ini menyerupai hari ujian di kampus. Manusia akan dibagi menjadi tiga golongan. Orang-orang yang paling dahulu beriman adalah mereka yang berserah diri pada Allah, dan mereka sangat dekat denganNya. Golongan kanan adalah mereka yang berbuat kebajikan di dunia dan akan masuk surga tetapi tidak sesempurna orang-orang yang paling dahulu beriman. Golongan kiri adalah mereka yang berbuat kezaliman di dunia dan menderita di akhirat. Semua perbuatan manusia, besar ataupun kecil, akan mendapatkan balasan, tak ada yang terkecualikan.

Orang-orang yang merasa bersalah merasa khawatir dengan nasib mereka. Wajah-wajah mereka yang berdosa tunduk, terhina, dan kepayahan. Sedangkan mereka yang dulu beramal saleh terlihat senang dan berseri-seri. Mereka yang disebut terakhir ini menerima buku catatan mereka dengan tangan kanan. Sedangkan mereka yang berdosa dengan sedih dan malu menerima buku mereka dengan tangan kiri atau dari sebelah belakang. Sesudah menerima kitab dengan tangan kanan, mereka lekas menemui keluarga-keluarga mereka, tetapi orang-orang yang menerima dengan tangan kiri akan bersedih.

Alquran juga memakai cara lain untuk mendorong manusia agar mendekati iman kepada Allah dengan cara rasional. Alquran mengetengahkan sebuah debat publik penting antara nabi atau seorang mukmin dan lawannya dengan keunggulan logika dipihak nabi. Kisah tentang Nabi Ibrahim mengandung perdebatan-perdebatan ini. Sewaktu Ibrahim berkata kepada raja lalim bahwa Tuhannya adalah Dia yang memberikan kehidupan dan kematian, raja tersebut menjawab bahwa dirinya juga bisa memberikan kehidupan dan kematian. Ibrahim kemudian memojokkannya dengan berkata bahwa Tuhannya menciptakan matahari terbit di timur, dan meminta raja itu untukmenerbitkan matahari dari barat. Lalu, ketika orang-orang menuduh Ibrahim telah menghancurkan berhala-berhala mereka, yang memang dilakukannya, dan menyuruhnya mengatakan siapa pelakunya, dia menunjuk berhala yang paling besar di sebelah kirinya. Mereka segera menyadari kelemahan logika mereka. Jika mereka mengakui bahwa perkataan Ibrahim tadi itu bodoh, demikian pulalah penyembahan mereka pada tuhan-tuhan buatan.

Alquran seringkali memakai perumpamaan dan paradoks untuk menunjukkan kekeliruan-kekeliruan cara pikir kita. Alquran memberikan contoh berikut tentang kesimpulan-kesimpulan yang salah karena kita menarik mereka dari bukti-bukti tidak langsung..

Perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Q.S 7 : 176).

Seorang pemikir yang ceroboh mungkin akan mengatakan bahwa anjing yang menjulur-julurkan lidahnya harus di tending sebab, menurutnya, anjing tersebut membahayakan. Dia tidak tahu bahwa perilaku anjing dimana-mana memang seperti itu.
Dalam surah al-kahfi,Alquran menunjukkan bagaimana orang-orang kerap berbantah-bantahan mengenai hal-hal yang remeh temeh.

Nanti (ada orang yangakan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib;dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka (Q.S 18 : 22).

Dalam kisah tentang nabi Musa dan Khidir, sebuah kisah tentang penderitaan manusia, Alquran memperlihatkan bahwa Musa, kita semua tahu, berkali-kali menarik kesimpulan yang salah berdasarkan bukti yang tidak mencukupi.
Mungkin paradoks yang paling menarik dalam Alquran adalah kisah tentang asal-mula kejahatan, sebagai berikut :
Katakanlah :"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun ?. Apa saja ni'mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri (Q.S 4 : 78-79).

Intinya ialah bahwa segala sesuatu pada akhirnya berasal dari Allah, bahkan termasuk kemampuan manusia untuk berbuat jahat dan mengalami kerugian. Tetapi, setelah Allah menganugerahi kita kemampuan untuk memilih dan berbuat jahat, keputusan berada di tangan kita. Manakala memilih untuk berbuat baik, kita akan mendapatkan imbalan, yakni semakin matangnya kepribadian kita, dan imbalan ini datangnya dari Allah. Demikianlah cara-Nya mengembangkan kepribadian manusia. Apabila kita memilih untuk berbuat jahat, berarti kita menolak imbalan tersebut dan senyatanya justru menzalimi diri sendiri. Dan kerugian nyata yang kita alami ini, yakni kehancuran diri, bermula dari diri kita sendiri.

Ciri rasional lainnya adalah Alquran membicarakan dan menangkis argument-argumen yang menentang dirinya. Perlu diingat bahwa argument-argumen tersebut masih diragukan oleh banyak pihak sampai sekarang. Dugaan bahwa Alquran dibuat oleh seseorang atau merupakan ocehan Nabi Muhammad SAW, atau tidak berasal dari Allah. Dibantah dengan memperlihatkan kedalaman, koherensi, dan kefasihannya yang tiada banding.

Dan jika kamu (tetap)dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Q.S 2:23).

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (Q.S 4 :82).

Tidaklah mungkin AlQur'an ini dibuat oleh selain Allah. akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya , tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (Q.S 10 :37-38).

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah:"(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya)selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".(Q.S 11 :13).

Katakanlah:"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa AlQur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Q.S17 : 88).

Seraya menyebutkan kefasihan bahasa Arabnya yang sempurna, Alquran membantah tuduhan bahwa seorang Kristen atau Yahudi mengajarkan Alquran kepada Muhammad. Menampik tuduhan bahwa  Nabi Muhammad tidak jujur dan sekedar mencari keuntungan pribadi. Alquran menegaskan bahwa Nabi hanya mengagungkan dan memuliakan Allah serta tidak mencari keuntungan materi.Alquran pun menekankan kebenaran esensial, moral dan spiritual kitab-kitab sebelumnya, sehingga orang-orang Kristen atau Yahudi tidak dapat menyangkal Alquran tanpa juga menyangkal kitab-kitab suci mereka sendiri.

 wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.
 selamat membaca, semoga bermanfaat
Jakarta, 13 january 2014.
salam penulis,
M.Fuad Al Israry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar